Menggapai Cinta ALLAH (1)

Adil seorang karyawan yang disenangi teman kerja karena tidak pernah membicarakan kejelekan orang lain bahkan terlalu sering memuji teman kerja dibanding menceritakan kehebatan dirinya. Adil juga disenangi atasannya karena tidak pernah melalaikan semua pekerjaan yang ditugaskan sesuai dengan arahan dan tepat waktu. Dilubuk hati yang dalam, Adil merasa memiliki dan dimiliki perusahaan sehingga tidak ada kebutuhan Adil yang menjadi haknya tidak dicukupi oleh perusahaan.

Diantara banyak Adil yang ada di perusahaan tersebut, seorang karyawan bernama Ihsan memiliki kelebihan yang mengundang perhatian berlebih dari perusahaan. Ihsan bukan hanya memiliki sifat rendah hati, suka menolong dan selalu melakukan semua pekerjaan yang diwajibkan perusahaan melainkan juga seringkali melakukan pekerjaan yang bukan menjadi kewajibannya dengan penuh suka cita. Setiap tahun, tidak ada alasan bagi perusahaan untuk memberikan kedudukan dan insentif melebihi pemberian perusahaan kepada Adil. Bahkan kecintaan perusahaan terhadap Ihsan selalu ditampakkan setiap saat dalam bentuk perhatian terus menerus seolah tidak ingin Adil mengalami kesulitan atau bahaya.

Bagaimana manusia sebagai ciptaan dan milik ALLAH berusaha menggapai cinta ALLAH sebagai pencipta dan pemilik manusia akan mudah dipahami dengan mengambil cerita antara Adil, Ihsan dan Perusahaan diatas. Cukupkan bagi umat manusia yang mengaku beragama Islam melakukan kebaikan bagi umat manusia dan mahluk lainnya serta melaksanakan seluruh kewajiban rukun Islam seperti yang dilakukan Adil di perusahaan ? Untuk menggapai kecintaan ALLAH manusia bukan hanya melakukan ibadah yang wajib tetapi juga yang sunat.

Pengertian sunat (nafilah) sama dengan Tathawwu yang berarti apa yang dikerjakan seseorang atas dasar keinginan pribadi terhadap hal-hal yang tidak wajib dikerjakan dan akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya seperti dinyatakan dalam surah Al Baqarah : 184 “ …فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ...” yang artinya “...barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebaikan, maka itulah yang lebih baik baginya...”

Kecintaan ALLAH terhadap hambanya yang melakukan ibadah sunat dinyatakan dalam hadist Abu Hurairah seperti dinyatakan dalam kitab ar-Riqaaq bab at-Tawadhu, nomor 6502 Bukhori, Rasullullah bersabda :

Sesungguhnya Allah yang Mahatinggi telah berfirman, Barangsiapa memusuhi waliku maka kunyatakan perang padanya. Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya dan hamba-Ku itu masih terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat (binnawafil) sehingga Aku mencintainya….” 1)

1. Zikir (sunat) melengkapi Sahadat (wajib)

2. Shalat Rawatib (sunat) melengkapi Shalat lima waktu (wajib)

3. Puasa senin-Kamis (sunat) melengkapi Puasa Ramadhan (wajib)

4. Sedekah (sunat) melengkapi Zakat (wajib)

5. Umrah (sunat) melengkapi Haji (wajib bagi yang mampu)

No comments: